Air terjun Madakaripura sampai saat ini masih dikeramatkan dan dianggap suci oleh umat Hindu sebagai ’ Tirta Sewana ’ ( air suci ). Setiap tahunnya, warga Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo menggunakan air dari air terjun Madakaripura sebagai air suci dalam prosesi ’ Mendhak Tirta ’ pada dua hari sebelum rangkaian upacara Yadnya Kasada. Dalam prosesi ’Mendhak Tirta’ itu sesajinya berupa janur, daging Ayam, buah, kembang dan dupa.
Menuju ke Air Terjun Madakaripura
Walaupun dalam papan petunjuk jarak antara Pasar Lumbang dan air terjun Madakaripura jaraknya 5 km tapi realitasnya bisa sekitar 8 km.
Setelah tiba di gerbang menuju air terjun Madakaripura maka akan disambut oleh patung Gajah Mada. Daerah disekitar air terjun Madakaripura inilah menjadi yang menjadi tempat tinggal terakhir Gajah Mada sebelum akhirnya mengundurkan diri dari peradaban di bumi ini dengan moksa.
Daerah menuju air terjun Madakaripura ini letaknya di perbukitan maka berhati-hatilah dalam perjalanan karena di kanan-kiri banyak terdapat lembah dan jurang yang cukup dalam. Semakin masuk ke dalam dan mendekati lokasi, lebar Jalan pun semakin sempit.
Tidak mudah untuk sampai di lokasi Air Terjun Madakaripura. Anda harus melalui perjalanan yang sangat menantang. Lintasan yang gersang dan bebatuan besar menghiasi sepanjang perjalanan menjadi penghalang utama. Namun, penampakan pelangi kecil akibat bias cahaya dan air yang menyembur menyapa mata setiap tamunya.
Sekitar 5 meter sebelum masuk ke air terjun, pengunung akan merasakan tertampar derasnya air yang jatuh dari ketinggian 200 meter. Tamparan air inilah yang memaksa setiap pengununjung yang mendekati lokasi air terjun untuk rela berbasah-basahan.
Anda harus sedikit bersabar karena air terjun utamanya masih terhalang oleh bukit. Tapi, keberadaan air terjun yang dilindungi oleh bukit dan tebing inilah yang membuat wisatawan penasaran dan ingin segera mengintip keindahannya.
Berada di ruang alam air Terjun Madakaripura, seolah membuat wisatawan seperti berada di dasar sebuah tabung raksasa. Air terjun dengan tinggi sekitar 200 meter ini dikelilingi tebing-tebing hijau yang tinggi. Guyuran air yang meresap di antara dinding tebing serta beberapa aliran air yang meluncur deras menjadikan panorama ini sangat menakjubkan.
Kisah Mahapatih Gajah Mada
Setelah mengundurkan diri sebagai Maha Patih Majapahit, maka Gajah Mada mengasingkan diri ke daerah terpencil dan bergelar Resi Tunggul Manik.
Pada saat Resi Tunggul Manik sampai di Madakaripura di malam purnama, beliau menemukan seorang anak kecil anak rakyat biasa yang sedang kedinginan dan untuk menghangatkan badannya dia membakar damar, anak kecil ini kemudian diambil menjadi muridnya.
Anak kecil yang pada malam purnama sedang membakar damar di Madakaripura inilah yang kemudian dinamakan Damar Wulan. Berkat gemblengan dan tuntunan langsung dari Resi Tunggul Manik, Damar Wulan kemudian mendapat wahyu keprabon dan kelak menggantikan Sang Maha Prabu Hayam Wuruk dengan gelar Brawijaya V atau Kertabumi.
Di wilayah sekitar air terjun Madakaripura inilah akhirnya Gajah Mada yang kemudian menjadi Resi Tunggul Manik mengundurkan diri dari peradaban di bumi ini dengan moksa. (Catatan: Kemampuan moksa adalah kemampuan yang dimiliki pemimpin-pemimpin Nusantara di masa lalu).
No comments:
Post a Comment