Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti-prasasti itu berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Berikut dibawah ini terdapat 11 prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno, antara lain:
1. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto adalah peninggalan dari Wangsa Sailendra yang pertama kali ditemukan di desa sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang di provinsi Jawa Tengah. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu kuno serta beraksara kawi. Prasasti sojomerto sendiri bersifat keagamaan siwais.
Prasasti ini berisikan tentang keluarga dari tokoh utamanya yaitu Dapunta Selendra. Dapunta Selendra ini memiliki Ayah yang bernama Santanu, ibu yang bernama Bhadrawati serta istrinya yang bernama Sampula. Menurut Prof. Drs. Boechari, beliau berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta selendra merupakan cikal bakal adanya raja-raja keturunan dari Wangsa Sailendra yang saat itu berkuasa di kerajaan Mataram Hindu.
Prasasti sojomerto sendiri terbuat dari batu andesit yang memiliki panjang 43 cm dengan tebal 7 cm serta tinggi 78 cm.
2. Prasasti Mantyasih
Prasasti mantyasih adalah prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini memiliki nama lain seperti prasasti tembaga kedu atau sering juga dikenal dengan nama prasasti Balitung. Prasasti ini pertama kali ditemukan di kampung mateseh, Magelang Utara yang berada di provinsi Jawa Tengah. Prasasti ini memberikan informasi tentang daftar silsilah raja-raja yang memimpin Kerajaan Mataram sebelum raja Balitung.
Tujuan dibuatnya prasasti ini adalah sebagai upaya untuk melegitimasi Balitung sehingga menyebutkan raja-raja yang memimpin sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan dari Mataram Kuno. Selain itu di dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa Desa Mantyasih ditetapkan Raja Balitung sebagai desa perdikan atau daerah bebas pajak.
Berikut nama-nama raja-raja Mataram kuno yang disebutkan di dalam Prasasti Mantyasih. Nama-nama Raja tersebut antara lain :
- Raja Sanjaya
- Rakai Panangkaran
- Rakai Panunggalan
- Rakai Warak
- Rakai Garung
- Rakai Pikatan
- Rakai Kayuwangi
- Ratu Watuhumalang
- Rakai Watukura Dyah Balitung
3. Prasasti Gondosuli
Prasasti Gondosuli merupakan objek yang sangat bersejarah dan juga terkenal di Kabupaten Temanggung. Prasasti ini sekarang terletak di desa Gondosuli Kecamatan bulu yang memiliki jarak kurang lebih 13 km ke arah barat. Prasasti ini ditulis pada tahun 832 Masehi. Prasasti Gondosuli merupakan prasasti yang memuat informasi tentang tentang betapa jayanya Dinasti Sanjaya terutama di masa pemerintahan rangkai patahan yaitu raja dari kerajaan Mataram Hindu.
Prasasti Gondosuli yang merupakan obyek wisata sejarah yang dapat memberikan informasi yang sangat penting terutama tentang gambaran mengenai kehidupan sosial budaya dari masyarakat temanggung pada saat dahulu kala. Saat ini prasasti Gondosuli sangat dijaga sekali akan kelestariannya maka dari itu saat ini prasasti di atasnya didirikan bangunan yang diberi pagar keliling dari besi serta beratap seng. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keamanan serta perlindungan dari Prasasti yang sangat bersejarah dari kerajaan Mataram Kuno tersebut.
4. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal disebut juga dengan prasasti Sanjaya ataupun Prasasti Gunung Wukir. Prasasti ini ditemukan di halaman Candi Gunung wukir di desa kadiluwih, Kecamatan salam di provinsi Jawa Tengah. Prasasti Canggal ditulis pada batu menggunakan bahasa Sansekerta dengan aksara pallawa. Prasasti ini dipandang sebagai sebuah pernyataan diri dari Raja Sanjaya pada tahun 732 M sebagai seorang penguasa dari Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti Canggal memberikan informasi tentang pendirian Lingga yakni lambang Siwa di desa kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Selain itu prasasti ini memberikan informasi bahwa yang menjadi raja pada awalnya adalah sanna yang kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha yang merupakan saudara dari Sanna.
5. Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak adalah prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang ditemukan di dekat Candi lumbung yaitu di Desa Kelurahan Benar Utara, kompleks percandian prambanan di Provinsi Jawa Tengah. Prasasti Kelurak memberikan informasi tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah dari Raja Indra yang memiliki gelar Sanggramadhananjaya.
Berdasarkan keterangan ahli sejarah yang dimaksud bangunan suci tersebut tidak lain adalah Candi Sewu yang berlokasi di Kompleks Percandian Prambanan. Itu adalah sebagian informasi saja dari Prasasti Kelurak, karena untuk mengetahui keseluruhan isinya tidak dimungkinkan lagi dikarenakan kondisi dari prasasti yang sudah rusak.
6. Prasasti Kalasan
Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berikutnya adalah prasasti Kalasan. Prasasti ini adalah peninggalan dari Wangsa Sanjaya. Prasasti Kalasan pertama kali ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman, Jogjakarta. Prasasti ini ditulis di dalam bahasa Sansekerta serta menggunakan huruf pranagari.
Prasasti ini memberikan informasi bahwa guru sang raja yang berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana, yang merupakan mustika keluarga dari Sailendra Wamsatilaka atas permintaan dari keluarga Syailendra, dengan tujuan untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan juga sebuah biara bagi para pendeta dan yang terakhir adalah penghargaan Desa Kalasan untuk para sangha yaitu komunitas Kebiarawan dalam agama Buddha. Bangunan suci yang dimaksud serta akan dibangun adalah Candi Kalasan. Saat ini prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
7. Prasasti Shankara
Prasasti Shankara adalah prasasti yang berasal dari abad ke-8 masehi yang ditemukan pertama kali di Sragen Jawa Tengah. Saat ini prasasti ini tidak diketahui lagi di mana keberadaannya dikarenakan telah hilang. Prasasti ini dahulunya pernah disimpan oleh museum Adam Malik akan tetapi ketika bangkrut pada kisaran tahun 2005 atau 2006, prasasti tersebut di jual begitu saja. Prasasti shankara menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Raja Shankara yang berpindah agama karena agama Siwa yang dianut oleh dirinya termasuk agama yang ditakuti oleh banyak orang. Raja Shankara sendiri berpindah ke agama Buddha karena di agama tersebut disebutkan bahwa agama Buddha adalah agama yang welas asih.
Selain itu juga disebutkan bahwa ayah Raja shankara wafat karena sakit selama kurang lebih 8 hari Karena itulah raja shankara yang takut akan sang guru yang tidak benar, Raja Shankara kemudian meninggalkan agama Siwa yang kemudian beralih menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana. Setelah itu Raja Shankara memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Pada buku sejarah nasional Indonesia memberikan informasi bahwa Raja shankara disamakan dengan rangkai panangkaran, sedangkan ayah dari Raja sangkara sendiri yang tidak disebutkan namanya disamakan dengan raja Sanjaya.
8. Prasasti Ngadoman
Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram kuno yang melegenda berikutnya adalah prasasti ngadoman prasasti ini ditemukan pertama kali di desa ngaduman dekat Salatiga di provinsi Jawa Tengah. Prasasti ini sangatlah penting karena diperkirakan merupakan perantara antara aksara Budha dengan aksara kawi.
9. Prasasti Plumpungan
Prasasti Plumpungan disebut juga dengan Prasasti Hamparan. Prasasti Plumpungan adalah prasasti yang tertulis pada batu besar berjenis andesit yang memiliki ukuran panjang 170 cm dengan lebar 190 cm serta dengan garis lingkar sepanjang 5 meter. Prasasti Ini pertama kali ditemukan di Dukuh plumpungan yaitu di Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo. Banyak orang yang percaya bahwa prasasti ini merupakan asal-usul kota Salatiga.
Prasasti Plumpungan ditulis dalam bahasa Sansekerta serta bahasa Jawa kuno yang tulisannya ditatah pada petak persegi 4 bergaris ganda. Berdasarkan sejarah, Prasasti Plumpungan mengandung isi tentang penetapan hukum yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan bagi desa Hampra.
Berdasarkan pakar sejarah menyatakan bahwa penulisan pada prasasti plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha/penulis dan juga pendeta/resi. Raja Bhanu yang disebut didalam prasasti tersebut adalah seorang raja yang besar pada zamannya, dimana raja tersebut banyak memperhatikan nasib serta kesejahteraan para rakyatnya.
10. Prasasti Kayumwungan
Prasasti ini bernama Prasasti kayumwungan. Prasasti ini adalah sebuah prasasti pada 5 buah pegangan batu yang ditemukan di Dusun Karang Tengah, Kabupaten Temanggung di provinsi Jawa Tengah. Prasasti Kayumwungan hingga saat ini lebih dikenal dengan nama Prasasti Karang Tengah.
Prasasti ini dituliskan dalam bahasa Sansekerta, dimana isinya memuat tentang seorang raja yang bernama Samaratungga yang anaknya bernama pramodhawardhani yang mendirikan bangunan suci di nalaya serta bangunan bernama Wenuwana yang berarti hutan bambu. Wenuwena dibuat dengan tujuan sebagai tempat untuk menempatkan abu kremasi raja mega (Sebutan Dewa Indra).
11. Prasasti Siwagrha
Prasasti yang terakhir ini adalah Prasasti Siwagrha, dimana prasasti ini dikeluarkan oleh Rakai Kayuwangi di masa setelah berakhirnya pemerintahan Rakai Pikatan. Prasasti ini memberikan informasi tentang kelompok Candi Agung yang dipersembahkan untuk Dewa Siwa yang disebut dengan Shivagrha (Bahasa Sanskerta) yang berarti rumah Siwa, dimana cirinya cocok dengan kelompok Candi Prambanan. Saat ini prasasti ini disimpan di Museum Nasional Indonesia yang berada di Jakarta.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No comments:
Post a Comment