Search This Blog

Thursday, October 3, 2019

Situs Purba Megalitikum


Situs Sokolimanmerupakan situs kepurbakalaan yang terletak di Dusun Sokoliman II, Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, DI Yogyakarta, tidak jauh (sekitar 5 km) dari objek wisata Gua Pindul. Situs ini berfungsi sama seperti situs Bleberan, di Kecamatan Playen, Gunungkidul, yaitu menampung dan mengamankan benda-benda cagar budaya, terutama yang bersifat megalitik, khususnya yang ditemukan di Desa Bejiharjo. Lokasinya berbatasan dengan lahan milik Perhutani yang ditanami kayu putih.
Di situs berukuran luas 2000 meter persegi ini dikumpulkan ratusan menhir (termasuk menhir arca), batu-batu penyusun kubur batu, serta punden yang sebelumnya terserak di kebun-kebun penduduk atau di lahan milik Perhutani. Sampai tahun 2014 terdapat 137 menhir, lima kubur batu (tidak lengkap), dan tujuh papan kubur batu. Selain itu terdapat satu punden  yang dipindahkan dari sumber air di dusun tersebut, yang tiap tahun  didatangi penduduk dalam rangka "bersih desa". Terdapat pula menhir arca "Mbah Gandhok" yang dipindahkan dari lahan milik penduduk untuk menghidari vandalisme.
Adanya peninggalan purbakala di kawasan ini diketahui setelah  dilakukan penelitian awal oleh J.L. Moens dan van der Hoop pada tahun 1934. Mereka melaporkan adanya bekal kubur yang berbentuk manik-manik, alat-alat besi, fragmen gerabah, dan benda-benda perunggu di kawasan Dusun Gunungbang, Desa Bejiharjo, tempat ditemukannya beberapa kubur batu (sampai sekarang masih di lokasi).
Baik situs Sokoliman maupun situs Bleberan menunjukkan bahwa pada masa lalu, kawasan tepi Sungai Oya, yang membentuk Cekungan Wonosari (Wonosari Basin), telah menjadi tempat hunian manusia yang mengusung tradisi megalitik.
Benda-benda yang terkumpul mengisyaratkan ritual yang terkait dengan kematian/penguburan. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa kerangka manusia di dekat penemuan menhir serta batu kubur tersebut.

Budaya Megalitik Gunung Kidul , Yogyakarta.
Persebaran budaya Megalitik di Gunungkidul selaras dengan kondisi kesuburan wilayahnya. Banyak ditemukan di daerah cekungan atau dekat dengan sumber air, sehingga secara umum ditemukan pada wilayah yang tanahnya subur.

Salah satu budaya Megalitikum di Gunungkidul terdapat di Situs Gedong Ngawis. Situs yang berada di Padukuhan Gondang, Desa Ngawis, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul ini menempati lahan seluas 400 meter persegi.
Disampaikan Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Ir Winarsih belum lama ini Di Situs Gondang terdapat tinggalan berupa peti kubur batu dan menhir.
“Peti kubur batu adalah peti yang disusun dari enam buah lempengan batu, yakni empat buah sebagai dinding dan dua buah sebagai alas dan tutup,” jelas Winarsih.
Sedangkan Menhir adalah batu yang dipahat sederhana namun sudah menggambarkan bentuk arca manusia. Bagian yang dipahatkan meliputi bagian wajah dan lengan tangan.
Lanjutnya, Situs yang berada tidak jauh dari Situs Sokoliman ini pernah diekskavasi oleh Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) pada tahun 1995. Sehingga situs diketahui sebagai peninggalan prasejarah. Selain artefak peti kubur batu dan menhir atau arca batu juga ditemukan gerabah dan manik-manik sebagai bekal kubur.
“Sebelumnya, ilmuwan Belanda Mr. Van Der Moor pernah meneliti di situs tersebut pada tahun 1934,” imbuh Winarsih.
Saat ini Situs Gondang Ngawis dijadikan tempat penampungan koleksi sebanyak 78 cagar budaya yang terdiri dari 3 buah kubur batu, dan 75 buah batu menhir. Seperti situs-situs lainnya, situs prasejarah ini dipelihara oleh BPCB. (Kandar)
Wilayah Gunung Kidul kaya peninggalan purbakala terutama dari zaman batu besar atau Megalitikum. Mayoritas dari situs bersejarah itu tetap terpelihara keamanan dan keasliannya meskipun minim pengamanan. Warga mengaku takut memindahkan peninggalan dari zaman purbakala karena adanya mitos kualat.

Warga Dusun Gondang, Desa Ngawis, Karangmojo, Gunung Kidul, Arjo Wito, mengemukakan, ayahnya, Mbah Porjo, meninggal dunia setelah mencoba memindahkan kubur batu atas perintah penjajah Belanda. Kala itu, Belanda sempat meminta warga menggali kubur batu untuk mencari bekal kubur berupa perhiasan manik-manik dan emas.

Semenjak kematian warga akibat memindahkan kubur batu, warga di Dusun Gondang mengaku tidak berani memindahkan atau merusak peninggalan purbakala. Selain batu menhir dan kubur batu yang telah ditata di dalam kompleks Situs Gondang seluas 400 meter persegi, peninggalan kubur batu dari zaman purbakala ini masih banyak terserak di lingkungan rumah ataupun sawah milik penduduk.
Menurut Arjo Wito, banyaknya batuan yang terserak di Dusun Gondang itu jika dikumpulkan bisa lebih dari satu truk. Selain peninggalan berupa batu kubur seperti batu tegak (menhir), fragmen menhir, dan kubur batu, warga sempat menemukan aneka bekal kubur seperti cincin atau gelang emas. ”Kami tidak berani merusak karena takut kena tulah (bala),” ujar istri Arjo Wito, Sukinah.
Pada era tahun 1970-an, Arjo Wito dan Sukinah pertama kali menemukan kubur batu yang menyembul di ladang tadah hujan milik mereka. Setelah beberapa kali dikunjungi tim peneliti arkeologi, areal ladang tersebut kemudian dibeli oleh pemerintah. Pada tahun 1996, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala DI Yogyakarta mulai memagari Situs Gondang dengan kawat dan besi. Hingga kini, Arjo Wito bekerja sebagai juru pelihara Situs Gondang.
Kuburan Budho
Meskipun kaya situs purbakala, masyarakat Gunung Kidul sama sekali tidak memiliki bekal pengetahuan tentang sejarah peninggalan tersebut. Mereka umumnya menyebut kubur batu itu sebagai kuburan Budho (umat Buddha). ”Kami turut menjaga karena situs ini adalah kekayaan daerah. Tetapi, warga sama sekali tidak tahu sejarah dari kuburan Budho ini,” ungkap beberapa warga seperti Purwanto dan Sastro Sakim.
Tidak adanya papan petunjuk tentang sejarah dan umur situs tak hanya terjadi di Situs Gondang, melainkan juga di Situs Sokoliman yang teletak beberapa ratus meter dari Situs Gondang di Dusun Sokoliman, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, umur kedua situs ini diperkirakan 3000 tahun sebelum Masehi.
Pada tahun 1934, peneliti Jl Moens dan Van der Hoop meneliti dan menemukan bekal kubur berbentuk manik-manik, alat besi, fragmen gerabah, dan benda-benda perunggu di wilayah Karangmojo tersebut.

1      2      3      4      5      6      7      8      9      10

No comments: