Search This Blog

Wednesday, May 26, 2021

Museum Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan di Sumatera yang mempunyai pengaruh besar di wilayah nusantara. Pada zaman keemasannya, kerajaan Sriwijaya mampu menguasai perdagangan yang wilayah kekuasaanya meliputi Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan, Semenanjung Malaya, hingga Thailand dan Kamboja.

Sriwijaya merupakan kerajaan di Sumatera yang mempunyai pengaruh besar di wilayah nusantara. Pada zaman keemasannya, kerajaan Sriwijaya mampu menguasai perdagangan yang wilayah kekuasaanya meliputi Sumatera, Jawa, Pesisir Kalimantan, Semenanjung Malaya, hingga Thailand dan Kamboja. Data arkeologi memberikan gambaran atas eksistensi Kerajaan Sriwijaya dari abad VII-XII. Para ahli banyak menemukan benda-benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa prasasti dan berbagai artefak.

Untuk mengenang kembali sambil terus mempelajari dan melestarikan kebesaran Kerajaaan Sriwijaya, maka dibangunlah sebuah museum yang diberi nama Museum Sriwijaya. Museum Sriwijaya merupakan museum yang khusus memperlihatkan artefak-artefak peninggalan Kerajaan Sriwjaya. Menurut Cahyo Susianingsih, Kepala Pengelolaan Koleksi Museum Sriwijaya, lokasi didirikannya museum ini tepat berada di situs Kerajaan Sriwijaya, hal tersebut dibuktikan dari foto interpretasi udara.

Di museum yang berlokasi di Jalan Syakirti Karang Anyar, Palembang, ini terdapat berbagai benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa artefak, seperti prasasti, arca, manik-manik, keramik, hingga pecahan kapal dan kemudinya. Jumlah koleksi yang dipamerkan di Museum Sriwijaya mencapai 500 artefak. Jumlah tersebut belum termasuk berbagai pecahan artefak yang belum terdata karena jumlahnya yang sangat banyak.

Diantara jumlahnya yang ratusan, terdapat tiga artefak utama berupa prasasti yang menandakan keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Ketiga prasasti tersebut antara lain, Prasasti Kedukan Bukit (1682 m), prasasti ini bercerita tentang perjalanan oleh dapunta Hyang Sriwijaya Nska yang diiringi oleh 20.000 tentara melalui jalur laut, dan 13.200 yang melalui darat. Secara umum prasasti tersebut bercerita tentang perjalanan yang diakhiri oleh keberhasilan dan kemenangan.


Kedua adalah prasasti Telaga Batu, prasasti ini menceritakan tentang struktur birokrasi pemerintahan Sriwijaya. Pada prasasti tertulis tentang putra mahkota I-III, arsitek, orang-orang yang berperan dalam perihal agama, selain itu juga tertulis pekerjaan lain seperti tukang cuci istana. Para arkeolog menyebut Prasasti Telaga Batu sebagai prasasti persumpahan, sebagai penanda agar mereka sebagai abdi negara taat kepada raja.

Prasasti lain adalah prasasti Talang Tuo, prasasti ini menceritakan tentang pendirian sebuah taman yang diberi nama Taman Srikesetra. Di dalam prasasti tersebut disebutkan, pembangunan Taman Srikesetra merupakan nazar atas kemenangan Kerajaan Sriwijaya. Taman Srikesetra dibangun dan diperuntukkan kepada seluruh masyarakat Sriwijaya. Menariknya, dalam prasasti ini juga tertulis berbagai jenis tanaman, termasuk salah satunya adalah tanaman sagu.

Selain tiga prasasti utama yang menjelaskan kejayaan Kerajaan Sriwijaya, benda peninggalan bersejarah lain yang juga menjadi koleksi Museum Sriwijaya adalah beranekaragam arca Buddha, seperti arca Buddha bukti Siguntang, arca buddha Awilokiteswara, hingga replika struktur batu-batu yang berbentuk stupa, yang ditemukan berdasarkan eskavasi balai arkeologi pada tahun 2013. Sementara pada bagian yang lain, di museum ini juga ditemukan kemudi kapal yang mempunyai panjang mencapai 8,2 meter. Hal tersebutlah yang membuktikan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan yang pernah menguasai perairan nusantara.

Kebesaran Kerajaan Sriwijaya tidak hanya di perairan, mengingat kerajaan ini juga telah lama hidup dalam keberagaman dan toleransi yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan, meskipun Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha, namun di wilayah Sriwijaya juga banyak ditemukan arca Trimurti, Brahma, Siwa, dan Wisnu yang bernafaskan Hindu, selain juga ditemukannya perkampungan muslim. Museum Sriwijaya kerap menjadi tujuan wisata sejarah bagi kebanyakan siswa sekolah, para mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, hingga turis asing yang sengaja datang dari berbagai negara seperti Thailand, Malaysia, dan China.

Museum Sriwijaya makin dicintai oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga masyarakat umum. Mereka harus menyadari arti penting museum bagi keberlangsungan kebudayaan. Mengingat museum menyimpan banyak hal yang bisa dipelajari. Apalagi museum ini berisikan tentang peninggalan Kerajaan Sriwijaya, kerajaan yang merupakan bagian dari sejarah Indonesia bahkan dunia. Karenanya, tidak hanya orang Palembang yang mesti paham akan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia mesti paham, mengingat Kerajaan Sriwijaya merupakan bagian dari Indonesia.


Situs Karanganyar terletak di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang. Terletak pada dataran aluvial pada meander Sungai Musi berhadapan dengan pertemuan sungai Musi dengan sungai Ogan dan Kramasan. Belahan utara Sungai Musi sudah sejak lama diketahui sebagi lokasi sejumlah situs arkeologi yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-15 masehi, di antaranya adalah situs Kambang Unglen, Padang Kapas, Ladang Sirap, dan Bukit Seguntang yang terletak dekat dengan situs Karanganyar.Situs Karanganyar pada umumnya memiliki ketinggian kurang dari 2 meter dari permukaan sungai Musi. Berada sekitar 4 kilometer di sebelah barat daya pusat kota Palembang, tepatnya di sebelah selatan Bukit Seguntang. Taman Purbakala ini dapat dicapai dari pusat kota Palembang dengan kendaraan umum dengan jurusan Tangga Buntung-Gandus.

Lokasi Situs Karanganyar terbagi atas tiga subsitus, yaitu subsitus Karanganyar 1, 2, dan 3. Yang terbesar adalah subsitus Karanganyar 1 berupa sebuah kolam berdenah empat persegi panjang membujur arah utara-selatan berukuran 623 x 325 meter. Di tengah kolam ini terdapat dua pulau, yaitu Pulau Nangka dan Pulau Cempaka. Pulau Nangka berukuran 462 x 325 meter, sedangkan Pulau Cempaka berukuran 40 x 40 meter. Pulau Nangka dikelilingi parit-parit berukuran 15 x 1190 meter. Subsitus Karanganyar 2 terletak di sebelah barat daya kolam 1 dan merupakan kolam kecil, ditengahnya terdapat pulau kecil berdenah bujur sangkar dengan ukuran 40 x 40 meter. Subsitus Karanganyar 3 berada di sebelah timur subsitus Karanganyar 1 dengan denah bujur sangkar berukuran 60 x 60 meter. Ketiga subsitus tersebut dihubungkan oleh parit yang berjumlah tujuh buah. Parit 1 merupakan parit terpanjang, yaitu 3 kilometer dengan lebar 25 sampai 30 meter. Parit ini oleh penduduk setempat dinamai parit Suak Bujang. Sejajar dengan parit 1 terdapat parit 2 dengan panjang 1,6 kilometer. Parit ini terletak di sebelah selatan subsitus Karanganyar 1 dan 3. Ujung parit ini berasal dari subsitus Karanganyar 2, sedangkan ujung timurnya bernuara di sungai Musi. Parit 1 dan 2 dihubungkan dengan parit 3 yang terletak di antara subsitus 1 dan 3. panjang parit 3 sekitar 700 meter membujur utara-selatan. Masih ada parit lain yang sejajar dengan parit 3, yaitu parit 4 dan 5 yang terletak di sebelah barat subsitus 1. Ujung selatan parit 4 dan 5 berakhir di parit 2. Dari parit 2 terdapat dua buah parit yang ujung selatannya bermuara di sungai Musi, yaitu parit 6 dan 7.

 Di lokasi yang dipercaya sebagai sisa taman kerajaan masa Sriwijaya ini dijumpai artefak yang menampakkan aktivitas keseharian masyarakatnya, seperti manik-manik, struktur batu bata, damar, tali ijuk, keramik, dan sisa perahu. Temuan-temuan tersebut diperoleh saat pembangunan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya maupun melalui kegiatan penyelamatan temuan di sekitar kawasan ini. Rekonstruksi atas fragmen keramik yang banyak ditemukan memperlihatkan adanya penggunaan, tempayan, guci, buli-buli, mangkuk, dan piring. Sedangkan berdasarkan rekonstruksi dari sisa gerabah menunjukkan pemanfaatan berbagai bentuk tungku atau anglo, kendi, periuk, tempayan, pasu, dan bahkan genteng. Kumpulan temuan-temuan ini menunjukkan betapa padatnya aktivitas keseharian masyarakat yang hidup di kawasan ini pada masa lalu.

Situs ini utamanya menampilkan struktur bangunan air berupa kolam, pulau buatan, dan parit yang keberadaannya menjadi bukti kehadiran manusia yang menetap dalam jangka waktu yang cukup lama. Diperkirakan penduduk yang dulu menghuni kawasan Karanganyar menggali kanal atau parit seperti parit Suak Bujang, baik untuk saluran drainase tata air penangkal banjir maupun sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah pedalaman di sekitar situs dengan sungai Musi.

Temuan Purbakala ,Pada tahun 1985 dilakukan penggalian arkeologi dan berlanjut pada tahun 1989. Dari penggalian ini ditemukan banyak temuan pecahan tembikar, keramik, manik-manik, dan dan struktur bata. Berdasarkan hasil analisis keramik-keramik China yang ditemukan di kawasan ini berasal dari dinasti Tang (abad VII-X M), Song (abad X-XII M), Yuan (abad XIII-XIV M), dan dinasti Qing (abad XVII-XIX M) yang umumnya terdiri dari tempayan, buli-buli, pasu, mangkuk, dan piring. Sedangkan penggalian yang dilakukan di Pulau Cempaka berhasil menampakkan kembali sisa bangunan berupa struktur bata pada kedalaman 30 cm dengan orientasi timur-barat. Selain jejaring kanal, kolam dan struktur bata, di situs ini tidak ditemukan bekas peninggalan bangunan candi atau bekas istana yang signifikan. Hal ini berbeda dengan situs Muaro Jambi yang memiliki peninggalan berupa bangunan candi berbahan bata merah. Para ahli arkeologi berpendapat bahwa sedikitnya temuan bangunan karena lokasi situs ini. Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang berada di tepian sungai dan hutan lebat di Sumatra. Karena tidak terdapat gunung berapi yang menyimpan batu, bangunan peribadatan, istana, dan rumah-rumah penduduk dibuat dari kayu atau bahan bata. Akibatnya, bangunan cepat rusak hanya dalam hitungan paling lama 200 tahun. Ditambah lagi dengan tingginya tingkat kelembaban serta kemungkinan banjir rutin dari luapan sungai Musi di dekatnya yang dengan mudah dapat merusak bangunan kayu dan bata.

Berdasarkan interpretasi dan temuan dari foto udara tahun 1984 menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi. Dapat dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta parit dengan luas areal meliputi 20 hektare. Serangkaian kanal, pulau buatan, dan bagian-bagian lainnya menampilkan situs Karanganyar sebagai karya arsitektur lansekap yang berkaitan dengan bangunan air.


Oleh pemerintah Sumatra Selatan kawasan ini dipugar, kanal-kanalnya dirapikan untuk dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang diresmikan oleh presiden Suharto pada tanggal 22 Desember 1994. Di dalam taman purbakala ini terdapat Museum Sriwijaya, yaitu pusat informasi mengenai situs dan temuan Sriwijaya di Palembang .Pada bagian tengah situs ini terdapat pendopo berarsitektur rumah limas khas Palembang yang ditengahnya disimpan replika Prasasti Kedukan Bukit dalam kotak kaca. Prasasti ini menceritakan mengenai perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang yang dianggap sebagai tonggak sejarah berdirinya kemaharajaan Sriwijaya. Setelah lebih dari satu dasawarsa didirikan, fungsi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sebagai Pusat Informasi Sriwijaya dan sebagai daya tarik wisata budaya di Palembang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar masyarakat Palembang sekarang masih belum mengetahui keberadaan taman purbakala ini sebagai peninggalan masa Sriwijaya, apalagi sebagai pusat informasi tentang Sriwijaya. Selama ini Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Sayang sekali kini kompleks taman purbakala ini terbengkalai dan kurang terawat. 

 1.Indonesia Travel. "Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya". Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Diakses tanggal 2011-12-02. 2.Ilham Khoiri. "Mengais Jejak Kebesaran Sriwijaya". Sumsel News Online. Diakses tanggal 2011-12-02. 3.Nurhadi Rangkuti (2009-10-24). "Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Sebagai Pusat Informasi Sriwijaya". Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi Wilayah Kerja Propinsi Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka-Belitung. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-26. Diakses tanggal 2011-12-02. 4.palembangnews.com. "Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya". Media Center Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang. Diakses tanggal 2011-12-02.

No comments: