Perangkat gamelan yang berada di Museum Nasional ini merupakan peninggalan asli dari Kerajaan Banjar .
Gamelan ini dikenal dengan sebutan “ Si Mangu Kecil” yang artinya adalah gamelan betina, sedangkan gamelan jantan yang dikenal dengan sebutan ’’Si Mangu Besar’’ berada di Museum Propinsi Kalimantan Selatan.Gamelan Banjar merupakan seni karawitan yang berkembang di kalangan Suku Banjar, Kalimantan Selatan. Berdasarkan naskah tutur candi yang menceritakan tentang sejarah Kerajaan Banjar khususnya dalam hikayat lambung mangkurat, disebutkan istilah gamelan. Berikut adalah kutipan dari naskah tutur candi yang menyebutkan istilah gamelan, ‘’…..ayu anakanda bermain-main, karena urang di dalam nagri ini tiada biasa malihat wayang dan tuping, maka panji itupun menyuruh tamannya memalu atau memukul gamelan, maka sakalian taman-tamannya pun masing-masing dengan pekerjaannya ada yang manggusuk rebab dan mamukul agung dan lain-lain, maka berbunyilah….’’Tradisi gamelan mulai dikenal sejak masa kerajaan Dipa pada abad ke 14 masehi, yaitu ketika Pangeran Suryanata berkuasa. Kerajaan yang berpusat di daerah Amputai ini merupakan Kerajaan Hindu pertama yang berdiri di Kalimantan Selatan. Pangeran Suryanata memiliki nama asli Raden Putera, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yang dinikahkan dengan seorang putri Banjar yang bernama Putri Junjung Buih.
Saat itu rakyat Kalimantan Selatan dianjurkan untuk mengikuti budaya Jawa, seperti gamelan, keris dan juga wayang. Gamelan Banjar kemudian berkembang di kalangan keraton dan rakyat jelata.Setelah Kerajaan Dipa runtuh, muncul Kerajaan Negara Daha yang meneruskan tradisi Gamelan yang dimulai oleh kerajaan Dipa. Kemudian, pada tahun 1526, Kerajaan Daha juga runtuh. Namun, ada beberapa pemuka adat yang terus mengajarkan kesenian, yaitu Datu Taruna (pemain gamelan), Datu Taya (dalang wayang kulit), dan Datu Putih (penari topeng). Selanjutnya, berdiri Kerajaan Islam pertama di daerah Kalimantan Selatan, yaitu Kerajaan Banjar. Pada masa pemerintahan raja ketiga mereka, yaitu Pangeran Hidayatullah (1570-1595), para pemain gamelan di Kerajaan Banjar diperintahkan untuk belajar menabuh gamelan di Keraton Solo.
Perangkat gamelan yang berada di Museum Nasional ini merupakan peninggalan asli dari Kerajaan Banjar . Gamelan ini dikenal dengan sebutan “ Si Mangu Kecil” yang artinya adalah gamelan betina, sedangkan gamelan jantan yang dikenal dengan sebutan ’’Si Mangu Besar’’ berada di Museum Propinsi Kalimantan Selatan.
Gamelan Banjar merupakan seni karawitan yang berkembang di kalangan Suku Banjar, Kaliman...tan Selatan. Berdasarkan naskah tutur candi yang menceritakan tentang sejarah Kerajaan Banjar khususnya dalam hikayat lambung mangkurat, disebutkan istilah gamelan. Berikut adalah kutipan dari naskah tutur candi yang menyebutkan istilah gamelan, ‘’…..ayu anakanda bermain-main, karena urang di dalam nagri ini tiada biasa malihat wayang dan tuping, maka panji itupun menyuruh tamannya memalu atau memukul gamelan, maka sakalian taman-tamannya pun masing-masing dengan pekerjaannya ada yang manggusuk rebab dan mamukul agung dan lain-lain, maka berbunyilah….’’
Tradisi gamelan mulai dikenal sejak masa kerajaan Dipa pada abad ke 14 masehi, yaitu ketika Pangeran Suryanata berkuasa. Kerajaan yang berpusat di daerah Amputai ini merupakan Kerajaan Hindu pertama yang berdiri di Kalimantan Selatan. Pangeran Suryanata memiliki nama asli Raden Putera, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yang dinikahkan dengan seorang putri Banjar yang bernama Putri Junjung Buih. Saat itu rakyat Kalimantan Selatan dianjurkan untuk mengikuti budaya Jawa, seperti gamelan, keris dan juga wayang. Gamelan Banjar kemudian berkembang di kalangan keraton dan rakyat jelata.
Tradisi gamelan mulai dikenal sejak masa kerajaan Dipa pada abad ke 14 masehi, yaitu ketika Pangeran Suryanata berkuasa. Kerajaan yang berpusat di daerah Amputai ini merupakan Kerajaan Hindu pertama yang berdiri di Kalimantan Selatan. Pangeran Suryanata memiliki nama asli Raden Putera, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit yang dinikahkan dengan seorang putri Banjar yang bernama Putri Junjung Buih. Saat itu rakyat Kalimantan Selatan dianjurkan untuk mengikuti budaya Jawa, seperti gamelan, keris dan juga wayang. Gamelan Banjar kemudian berkembang di kalangan keraton dan rakyat jelata.
Gamelan Banjar versi keraton memiliki instrumen yang lebih banyak daripada Gamelan Banjar versi rakyatan Ukiran naga sebagai hiasan pada Gamelan Banjar
No comments:
Post a Comment